Kamalinews.id — Pandemi virus corona atau covid-19 menjadi momok bagi hampir seluruh negara, tak terkecuali di Indonesia. 3 bulan lebih Indonesia terserah wabah Covid-19. Hampir seluruh sektor hingga tatanan hancur akibat dampak yang ditimbulkan virus tersebut. Bahkan, ekonomi bangsa pun babak belur akibat Covid-19. Mengatasi itu semua pun, sikap tegas telah diambil oleh Pemerintah dengan menerapkan new normal atau normal baru.
Kementerian Pertanian RI pun menyikapinya dengan tegas. Strategi dan cara bertindak mendukung peran petani dan penyuluh dalam gerakan ketahanan pangan nasional mejadi langkahnya. Menteri Pertanian Syahrul Yanin Limpo mengungkapkan, pandemi covid-19 mempengaruhi produksi dan distribusi hasil produksi pertanian. Namun, itu merupakan tantangan yang harus dijawab, bukan malah dibiarkan pasrah tanpa ada solusi.
Menurutnya, pandemi covid-19 harus diantisipasi dengan strategi yang saling membangun dari sisi pelaksana, pembiayaan dan pengawasan. Sehingga kebijakan yang dijalankan lebih efektif dan efisien. Agenda SOS/Emergency (agenda darurat) menjadi salah satu strategi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menjaga produksi pangan nasinal.
“Agenda Darurat yang dimaksud adalah menjaga stabilitas harga pangan, membangun penyanggah stok pangan utama di daerah, padat karya pertanian, jaring pengaman sosial, fasilitasi pembiayaan petani melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan asuransi pertanian, memperluas akses pasar melalui pengembangan toko tani dan usaha kemitraan. Sementara agenda jangka menengah antara lain padat karya lanjutan pasca Covid-19, diversifikasi pangan lokal, mendukung daerah-daerah defisit pangan, antisipasi kekeringan, menjaga semangat kerja pertanian melalui bantuan sarana produksi dan mesin pertanian,” ungkap mantan Gubernur Sulawsi Selatan ini, kemarin.
Politisi NasDem ini juga mengungkapkan bahwa, program pekarangan pangan lestari atau P2L, mendorong kelancaran distribusi pangan, penguatan ekspor pertanian dan penguatan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) pada balai penyuluhan pertanian (BPP) di tingkat kecamatan, tidak kalah pentingnya. “Sedangkan untuk jangka panjang meliputi peningkatan produksi pertanian 7% per tahun, penurunan kehilangan pasca panen (losses) menjadi 5%, ekstensifikasi tanaman pangan pada lahan rawa, penumbuhan pengusaha petani milenial, pengembangan korporasi petani, pengembangan B30 dan kelapa sawit, pertanian era 4.0, peningkatan ekspor tiga kali lipat dan peningkatan Nilai Tukar Petani,” pungkasnya.