Kamalinews.id — Upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, oleh Labolatorium Kesehatan (Labkesda) Provinsi Sultra, dengan menggelar rapid test masal secara gratis mendapat apresiasi. Tujuh hari berjalan, setidaknya sudah 753 orang melakukan uji rapid test secara gratis. Kabar baiknya pun, dari seluruh orang yang menjalani rapid test semua hasilnya non reaktif atau negatif.
Kepala Labkesda Sultra, Raden Putri mengungkapkan bahwa, sampai saat ini antusiasme masyarakat masih begitu tinggi. Bahkan, mereka (masyasrakat, red) sudah mendaftar sampai tanggal 9 Juni mendattang. “Karena kami hanya melayani hanya 100 orang perharinya,” tuturnya saat ditemui di Labkesda, di Kendari.
Menurut Raden Putri, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra juga telah melakukan penambahan stok alat rapid test untuk dipergunakan oleh Labkesda Sultra. “Hari ini kami sudah dapat lagi penambahan alat rapid test dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Sultra sebanyak seribu pieces. Kemarin di awal dibukanya pelayanan rapid test gratis ini kami diberi seribu pieces, hari ini seribu pieces lagi. Jadi totalnya sudah dua ribu pieces,” bebernya.
Hingga hari ini, lanjutnya, telah terpakai lebih dari 600 alat rapid test dengan hasil semuanya non reaktif dan belum ada yang reaktif. “Saya melihat dari antusiasme masyarakat yang tinggi, sepertinya masa pendaftaran masih akan terus bertambah. Disamping masyarakat Sultra khususnya Kota Kendari, juga masyarakat yang akan berpergian ke luar daerah yang membutuhkan sekali surat keterangan bebas Covid-19 ini,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga yang hendak melalukan rapid test, Bahar (48) mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi adanya rapid test gratis yang digelar di Labkesda Sultra ini. Pasalnya, dirinya yang hendak berpergian keluar kota harus merogoh kocek lebih dalam lagi apabila harus melakukan rapid test di klinik atau rumah sakit swasta.
“Kami berterima kasih sekali kepada Pemerintah Provinsi dengan adanya rapid test gratis ini. Karena di tempat klinik atau rumah sakit swasta itu ada yang Rp600 ribu bahkan Rp1 juta. Daripada membayar segitu lebih baik kita belikan beras untuk makan keluarga,” tungkasnya. (sultra.inikata.com)