Jokowi Sebut Pabrik Gula di Sultra Jadi Sumber Devisa Baru

Presiden Joko Widodo saat meninjau produksi gula di PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sultra (Sumber Foto: Lukas/Biro Pers Sekertariat Presiden)
Presiden Joko Widodo saat meninjau produksi gula di PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sultra (Sumber Foto: Lukas/Biro Pers Sekertariat Presiden)

Kamalinews.id — Sulawesi Tenggara (Sultra) disebut akan menjadi wilayah yang dapat memperkuat devisa negara. Alasanya, Hadirnya pabrik gula terbesar di Indonesia yang juga telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerjanya, di Sultra, Kamis 22 Oktober 2020.

Jokowi menuturkan bahwa, pembangunan pabrik tebu merupakan trobosan besar yang juga patut untuk diapresiasi. Terlebih, pembangunan tersebut yang menggelontorkan sejumlah dana cukup besar untuk berinvestasi ditengah situasi ekonomi yang terpuruk akibat pandemi cukup berani. “Ini adalah sebuah keberanian. Keberanian membuka sebuah investasi dan usaha di tempat ini. Ini yang harus kita apresiasi dan hargai. Dimulai tiga tahun lalu dan sekarang selesai dan sudah berproduksi,” tuturnya saat memberikan sambutan peresmian pabrik gula, di Bombana, Sulawesi Tenggara, Kamis (22/10).

Presiden RI Joko Widodo didampingi Gubernur Sultra Ali Mazi melakukan peresmian pembangunan pabrik gula PT Prima Alam Gemilang, di Kabupaten Bomana, Provinsi Sultra (Sumber Foto: Lukas/Biro Pers Sekertariat Presiden)

Hal penting yang juga patut untuk diapresiasi adalah, investasi tersebut mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal. Dalam operasinya, kebun dan pabrik itu dapat menyerap maksimal 15.000 tenaga kerja. “Membuka industri, membuka pabrik gula, dan yang paling penting membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Ini poin yang paling penting yang ingin saya garis bawahi,” tegasnya.

“Di kala situasi ekonomi seperti ini semua pengusaha pasti wait and see, berpikir untuk berinvestasi dan membuka usaha baru. Keputusan ini patut kita hargai,” imbuh Presiden.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mengungkapkan bahwa, kebutuhan komoditas gula di Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sebanyak 2,1 juta ton yang mampu diproduksi di dalam negeri. Sedangkan sisanya, masih harus mengandalkan impor. “Sehingga pendirian pabrik gula di Bombana ini sekali lagi patut kita hargai karena nanti mengurangi impor. Artinya bisa memperbanyak devisa negara dan memperkuat neraca transaksi berjalan kita,” ujarnya.

Presiden RI Joko Widodo bersama rombongan terbatas meninjau lahan perkebunan tebu di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sumber Foto: Lukas/Biro Pers Sekertarian Presiden)

Kepala Negara dengan didampingi oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi terlebih dahulu meninjau lokasi panen tebu yang berada di areal pabrik terintegrasi. Selanjutnya, Presiden juga turut meninjau pabrik gula dan gudang penyimpanan yang ada.

Pengerjaan konstruksi pabrik gula yang diresmikan Presiden ini dimulai pada awal 2017 silam dan mulai berproduksi pada Agustus tahun 2020 ini. Kapasitas pengolahan tebu yang mampu dilakukan pabrik tersebut ialah sebanyak 8.000 TCD (ton cane per day) yang mampu ditingkatkan hingga 12.000 TCD. Dengan kapasitas tersebut, pabrik mampu memproduksi gula kristal putih sebanyak 800 hingga 1.200 ton per hari. (Mid)

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp