AJI dan IJTI Minta Danlanud Cabut Pernyataan Soal Wartawan Ditunggangi Teroris

Danalnud HLO Kolonel Pnb Muzafar
Danalnud HLO Kolonel Pnb Muzafar

Kamalinews.id — Pernyataan mengejutkan keluar dari Komandan Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Haluoleo (HLO) Kolonel Pnb Muzafar terkait pelarangan wartawan untuk melakukan peliputan kedatangan Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina, di Bandara Haluoleo. Alasan itu adalah, khawatir ditunggangi oleh kelompok teroris. Hal itu pun direspon tegas oleh, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Sultra. Pernyataan itu pun dinilai tidak pantas dan harus dicabut.

Sebelumnya, usai rapat dengar pendapat DPRD Sultra dan stakeholder terkait kedatangan 500 TKA, Danlanud HLO, Kolonel Pnb Muzafar saat diwawancara wartawan terkait pelarangan wartawan meliput kedatangan TKA mengungkapkan hal itu didasari atas kekhawatirannya awak media akan ditunggangi oleh kelompok teroris. Dimana menurutnya, kawasan bandara HLO itu berada diarea instalasi militer.

“Nah, disana itu ada gudang senjata. Jadi kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan siapa yang akan bertanggungjawab. Sebelumnya kan juga sudah pernah diliput, dan saya punya wewenang penuh untuk intensitas keributan itu seperti apa, saya gak mau ambil resiko, mas mas wartawan ini ditunggangi sama teroris. Iya ditunggangi (teroris),” tuturnya kepada awak media, di kantor DPRD Sultra, di Kendari, Senin (6/7).

Ia juga mengungkapkan bahwa, pihaknya telah memberikan kesempatan wartawan untuk meliput kedatangan TKA sampai ke Bandara pada gelombang pertama, tapi karena melihat banyaknya wartawan yang masuk, dia mengaku tidak dapat melakukan kontrol. Sehingga untuk mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak mau mengambil resiko, akhirnya dirinya melakukan pelarangan peliputan dikawasan bandara HLO.

“Coba di gapura dilihat, itu instansi militer. Kan sudah dikasih kesempatan, waktu pertama sudah saya persilahkan, tapi saya lihat intensitas kayak begitu, saya gak mau ambil resiko, siapa yang bertanggung jawab, kalau cuma saya dicopot gak papa, tapi kalau TNT itu diambil, dicuri sama orang, diledakin disini, sapa tanggung jawab,” ujarnya.

Mazafar tetap mengaku khawatir karena banyaknya orang yang masuk bandara saat kedatangan TKA, termasuk wartawan. Tapi, kata dia, kekhawatiran itu bukan kepada wartawan yang melakukan liputan, tapi lebih kepada oknum yang menunggangi, salah satunya yang dia sebut diawal adalah teroris. “Bukan wartawannya (yang membuat keributan di Bandara), tapi yang menunggangi (teroris), saya gak bisa kontrol. Waktu hari pertama sebenarnya sudah saya kontrol, tapi saya gak bisa kontral segitu banyaknya. Disitu ada gudang senjata, didalamnya ada bahan peledak, kalau ada apa apa, ada yang mensabotase. Saya punya intelijen, saya beri masukan jangan sampe kecolongan,” paparnya.

Menyikapi pernyataan tersebut, Ketua AJI Sultra, Zainal Ishak menyebutkan rekan media yang melakkukan peliputan kedatangan TKA di bandara HLO melakukan kerjanya secara independen dan tidak ada konflik kepentingan. “Saya mengetahui rekan-rekan wartawan yang melakukan kerja dilapangan. Apa yang mereka (wartawan) kerjakan semata-mata untuk memperoleh informasi. Kemudian, kerja tersebut dianggap berpotensi ditunggangi teroris, saya rasa itu kekhawatiran yang berlebihan,” katanya.

Ia mengungkapkan paham dengan alasan menjaga kawasan bandara yang kebetulan berada dalam instalasi militer. “Khawatir akan hal-hal yang tidak dinginkan itu wajar dan sah-sah saja. Namun, khawatir rekan wartawan ditunggangi teroris itu juga sangat tidak pantas. Saya minta agar, Danlanud HLO mencabut pernyataan tersebut,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua IJTI Sultra, Asdar Zuula. Menurutnya, pernyataan yang dilontarkan Danlanud HLO sangat berlebihan. “Khawatir pada kawasan militer dibawah tanggujawabnya itu wajar saja. Namun menyebut wartawan ditunggangi teroris itu sangat berlebihan. Karena fakta dilapangan, teman-teman jurnalis bekerja sesuai dengan norma-norma yang berlaku,” pungkasnya.

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp